Surabaya (Harian.co) — Mantan Sekjen Dewan Kesenian Surabaya, (DKS) Desemba Sagita Tetaheluw yang akrab disapa Cak Des memajang karya-karya lukisnya di gedung Dapoer Mawar Jl Mawar No.54 Surabaya  bertajuk Nuansa Horison Desemba S Titaheluw. Pada Rabu malam (15/12/2021)

Belasan karya lukis hasil goresan seniman yang separo perjalanan hidupnya dilalui sebagai mahasiswa dan sarjana ITS jurusan matematika itu mengguratkan  sejumlah tanda tanya besar.

Bagaimana tidak, di dalam gedung, dinding-dinding Dapoer Mawar itu bergantungan belasan karya-karya lukis Cak Des dari episode ke episode yang di antaranya tentang lukisan tokoh-tokoh besar Bung Karno yang realis.

Akan tetapi di sekitarnya mencuatkan sejumlah karya-karya lukis yang hakekatnya tidak sejalan  sama sekali dengan dalil pengetahuan akan logika berfikir benar.

Salah satu karya lukis Cak Des di depan pintu masuk ruang utama pameran adalah obyek ilmiah yaitu 1 tidak sama dengan 1.

Siapapun yang melihatnya akan bertanya dalam hatinya. Kok suatu kebenaran yang ilmiah yang harus dipastikan benar menurut sains, ilmu pengetahuan, justru di jungkirbalikkan menjadi 1 (satu) tidak sama dengan 1 (satu).

Ternyata dalam horizon perjalanan hidup Cak Des pernah  mengalami  kegelisahan bahkan kekecewaan saat dirinya di jagat horison atau cakrawala perpolitikan, setidaknya saat sebagai calon anggota DPD (Dewan Perwakilan Daerah).

Cak Des benar- benar terantuk pada ketidakbenaran di jagat perpolitikan itu dan diakui sendiri  oleh Cak Des dalam bincang santai. malam itu di ruang pameran lukisan Cak Des itu. Memang filsafat yang ada di dunia perpolitikan jauh berbeda dengan filsafat di jagat ilmu pengetahuan. 

Sebagaimana dilantunkan oleh politisi yang gagal duduk di kursi legislatif dalam Pemilu, mereka selalu mengembangkan kalimat indah bahwa kekalahan adalah kemenangan yang tertunda.

Yang pasti Cak Des dalam pameran lukisan tunggal  Nuansa Horizon memperingati HUT-nya ke-60 th kali ini membuka cakrawal perjalanan hidupnya yang berlepotan dengan kegelisahan, bahkan kefrustasian di jagat perpolitikan yang ternyata tidak sejalan dengan pemikiran sains Cak Des yang berformat keilmuan yang mengembangkan hukum-hukum fisika. Dimana tanda suatu persilangan adalah logika kebenaran mutlak,  berfikir nasional.

Akan tetapi Cak Des dalam saputan karya lukisnya mengembangkan fakta-fakta dimana ketidak benaran yang merupakan refleksi dalam horison Cak Des yang kini menapak kepala enam itu.

Pameran tunggal Cak Des, Rabu malam, diisi pembacaan puisi-puisi Toto Sonata, wartawan yang juga sastrawan itu.

Laporan: Oki/Ak