Harian.co — Indonesia sebenarnya memiliki jumlah destinasi wisata yang banyak sekali, apalagi jika dijumlahkan dengan berbagai potensi wisata yang belum menjadi destinasi wisata. Potensi wisata ataupun destinasi wisata sebenarnya belum memiliki nilai jual yang maksimal jika tidak dikemas dengan strategi pemasaran yang baik untuk menggerakan minat setiap calon wisatawan untuk mengunjunginya. Oleh karena itu tujuan akhir dari suatu desa wisata sebenarnya bukanlah sekedar mendapatkan SK Desa Wisata ataupun dinilai peraih penghargaan desa wisata semata, melainkan bagaimana mampu mendatangkan pengunjung dari berbagai wilayah untuk mengunjungi desa tersebut.

Disinilah strategi pemasaran menjadi sangat penting untuk mengenalkan potensi ataupun destinasi wisata yang ada di desa atau di daerahnya masing – masing. Dengan demikian peran wartawan kepariwisataan (Tourism Journalist) menjadi sangat penting sekali untuk mempublikasikan dan mempromosikan desa tersebut melalui dua karya, yaitu karya penyusunan NARASI SUGESTIF dan karya SENI FOTOGRAFI dalam pengambilan gambar atau video dalam mempromosikan objek yang akan dipasarkan. Kedua keahlian ini menjadi sangat penting sehingga Pusdiklat Prawita GENPPARI melaksanakan pelatihan tersebut dalam satu paket pelatihan wartawan kepariwisataan yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Pariwisata Indonesia (PERWAPI).

Seiring dengan kemajuan teknologi dan peradaban manusia, saat ini hampir setiap orang memiliki handphone sebagai sarana komunikasi dan diseminasi informasi yang sangat efektif dan efisien dalam penyebaran berita. Secara tidak langsung saat ini setiap orang bisa bertindak ‘seperti jurnalis’ dalam pengambilan gambar ataupun video dimana pun yang dinilai menarik untuk didokumentasikan. Apalagi di tempat – tempat wisata secara otomatis mereka selalu mengabadikan momen ataupun latar keindahan pemandangan yang dinilainya bagus sebagai latar belakang foto. Artinya secara tidak langsung setiap pengunjung akan bertindak sebagai pemasar (marketer) melalui hangphone-nya masing – masing. Untuk itulah keterampilan seni fotografi dan penyusunan narasi publikasi menjadi sangat penting sekali.

Dengan demikian keterampilan seni fotografi untuk saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Banyak  momen indah yang berhasil diabadikan oleh kegiatan fotografi ini. Merekam berbagai aktifvitas manusia dimanapun berada dan membukukannya dalam sebuah karya foto yang menarik. Fotografi adalah sebuah seni, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil karya seni maka perlu mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknik fotografi. Dengan mempelajari teknik fotografi serta sering mempraktikannya, maka akan semakin memahami estetika dari sebuah foto agar menghasilkan foto yang indah dan menarik . Selain itu akan semakin terlatih menyampaikan suatu pesan lewat media foto kepada siapapun yang melihatnya.  

Perkembangan teknologi dan ide yang terjadi dalam bidang fotografi sangat berpengaruh terhadap karakteristik dan hasil karya fotografi di jaman sekarang. Kinerja hardware kamera yang disematkan pada smartphone semakin hari semakin baik dengan kualitas hasil gambar yang mampu ditangkap juga semakin memanjakan mata penggunanya. Teknologi kamera pada smartphone (gawai) dan keterjangkauan kamera SLR memungkinkan lebih banyak orang untuk menemukan tempat di belakang lensa dan segera mengabadikannya secara spontan. Masyarakat semakin aktif memotret apa saja yang mereka anggap gambar yang bagus. Kamera yang awalnya memerlukan waktu lama untuk menghasilkan sebuah foto, menjadi hanya dalam hitungan detik sehingga sebuah foto memiliki nilai dokumentasi karena mampu merekam sesuatu yang tidak mungkin akan terulang kembali. Dengan dukungan kamera yang disematkan pada smartphone, sekarang ini semua orang adalah fotografer, karena mereka mampu menghasilkan foto dengan kualitas yang bagus. Aktivitas fotografi saat ini tidak lagi harus menggunakan kamera khusus, tetapi justru lebih banyak menggunakan kamera dari fasilitas handphone yang digunakan untuk mengabadikan segala kegiatan sehari hari.

Keterampilan seni fotografi saat ini pemanfaatannya terus berkembang dan banyak diaplikasikan untuk keperluan dokumentasi berbagai kegiatan, baik kegiatan kedinasan ataupun kegiatan pribadi. Meskipun banyak diantara pewarta foto (foto journalist) tersebut masih bersifat asal foto sehingga kurang fokus terhadap subjek yang akan dipublikasikan karena mereka belajar sendiri dan minim pengarahan hakikat dan makna dari tujuan publikasi itu sendiri. Itulah sebabnya dalam beberapa pemberitaan seringkali ditemukan subjek berita dengan foto yang ditampilkan tidak nyambung sehingga menjadi bias. Untuk itulah pelatihan – pelatihan kehumasan saat ini banyak menekankan pada keterampilan seni fotografi dan teknik penyusunan narasi publikasinya.

Media foto adalah salah satu  media komunikasi, yakni  media  yang  bisa  digunakan  untuk  menyampaikan  pesan/ide kepada orang lain. Media foto atau diistilahkan dengan fotografi merupakan sebuah media yang bisa digunakan untuk mendokumentasikan suatu momen atau peristiwa penting. Fotografi dokumentasi sendiri merupakan salah satu bagian dari fotografi yang paling banyak diaplikasikan dalam setiap level masyarakat, karena fleksibilitasnya, yang tidak berpaku pada aturan dasar fotografi, dan juga fungsinya, yaitu mengabadikan suatu peristiwa yang terjadi dalam keseharian manusia baik level individu, sampai level organisasi yang lebih besar.

Permasalahan yang masih sering terjadi yang dihadapi oleh fotografer pemula, termasuk di pengemban fungsi kehumasan berbagai instansi adalah:
  • 1.Kurang mengambil foto. Kebanyakan fotografer pemula hanya mengabadikan suatu peristiwa atau kegiatan dalam satu atau dua buah foto, padahal banyak opsi pengambilan dari sudut yang berbeda yang dapat memberi kesan yang lebih menarik pada sebuah foto.
  • 2.Foto blur atau shaky (bergetar). Foto yang dihasilkan tampak blur atau buram, karena pencahayaan yang buruk  atau pemotret tidak memberi waktu pada kamera untuk memproses gambar yang diambil, padahal diperlukan jeda beberapa detik oleh kamera untuk memproses gambar.
  • 3.Foto over/underexposed. Pencahayaan yang terlalu berlebihan atau tidak cukup dapat menyebabkan hasil pengambilan tidak sesuai keinginan si pemotret.
  • 4.Tools over skills. Pemotret terlalu memercayakan hasil pemotretan pada spesifikasi kamera/gawai, padahal kemampuan fotografi mengambil peran yang lebih penting dibandingkan peralatan itu sendiri.

Oleh karena itu, para petugas yang mengemban fungsi pengambilan gambar untuk dokumentasi perlu mengetahui beberapa kiat sederhana guna menghasilkan karya foto dokumentasi yang menarik dan publishable, yaitu :
  • 1.Tentukan angle pengambilan foto, baik low angle, high angle, eye level, bird eye view, maupun frog eye view.
  • 2.Komposisi foto untuk menggambarkan apa yang terjadi dalam sebuah foto. Komposisi foto yang buruk dapat mengaburkan atau bahkan menghilangkan makna foto bagi orang yang melihatnya. 
  • 3.Atur Pencahayaan. Pencahayaan yang baik bukanlah yang terang semata, melainkan yang cukup dan sesuai dengan keadaan saat foto diambil. Sebisa mungkin gunakan cahaya natural ruangan, jika tidak memungkinkan, bisa atur pencahayaan pada kamera gawai secara manual, atau, gunakan peralatan lighting tambahan agar hasil foto maksimal. 
  • 4.Teruslah mencoba. Tidak ada orang yang terlahir langsung menjadi fotografer handal, dengan latihan yang konsisten, kita dapat terus memperbaiki hasil foto menjadi seperti yang diinginkan. Bila perlu meng-upgrade peralatan fotografi untuk menyeimbangkan dengan skill yang terus meningkat.

Kiat – kiat keterampilan seni fotografi dokumentasi yang disampaikan di atas merupakan basic competency yang dapat membantu lebih aware dengan ilmu fotografi, sehingga kualitas foto yang dihasilkan akan lebih menarik sebagai sebuah karya. Lebih jauh, dalam membuat sebuah dokumentasi yang baik, maka diperlukan pemahaman etika dan konsep fotografi yang tepat sehingga momen penting yang terjadi pada sebuah kegiatan dapat tersampaikan dengan utuh meskipun hanya melalui sebuah gambar. Teknik dokumentasi tersebut juga akan semakin lengkap apabila dilengkapi dengan kemampuan pengolahan gambar/editing sehingga gambar yang dihasilkan tidak hanya merekam kegiatan saja, namun juga memiliki nilai seni dan mampu menyampaikan berbagai pesan yang tersirat kepada semua orang.

Itulah sedikit ulasan mengenai pentingnya keterampilan seni fotografi yang bisa diimplementasi untuk berbagai kepentingan dokumentasi. Termasuk seni pengambilan foto untuk tujuan pengenalan dan promosi berbagai spot wisata yang menarik di setiap sudut desa yang berada di tanah air. Dengan pembekalan keterampilan ini, akan melahirkan para fotografer ataupun pewarta foto yang bisa mengenalkan indah dan luhurnya Indonesia kepada masyarakat dunia.

Oleh : Dede Farhan Aulawi (Ketum DPP Prawita GENPPARI)