LAMPUNG SELATAN (Harian.co) — "Alhamdulillah pembangunan fasilitas dan destinasi wisata di tanah air semakin bertambah. Daerah – daerah terus menata diri di bidang kepariwisataan sesuai dengan potensi wisata yang dimiliki oleh masing – masing daerah. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi perekonomian daerah. Hanya terkadang kita seringkali terjebak pada semangat membangun saja, dan belum diintegrasikan dengan sistem pemasaran dan promosinya, sehingga tidak sedikit spot wisata yang begitu bagus saat pembukaan kemudian mati suri setelahnya. Hal ini terjadi karena sistem dan strategi pemasaran tidak menjadi satu kesatuan dalam perencanaan strategis pembangunan spot wisata tersebut," ujar Ketum DPP Prawita GENPPARI Dede Farhan Aulawi di Lampung Selatan, Minggu (01/10/2023).

Hal tersebut ia sampaikan setelah melakukan peninjauan terhadap pembangunan fasilitas Wahana Krakatau Park dan Siger Park di Lampung Selatan. Prawita GENPPARI sampai saat ini merupakan satu – satunya organisasi para pegiat pariwisata yang tetap eksis dengan berbagai programnya meskipun tidak ada bantuan pendanaan dari Pemerintah, artinya terus bergerak secara swadaya untuk mengabdi pada negeri.

Menurutnya, saat ini setelah menyebrang dari Pelabuhan Merak menuju Pelabuhan Bakauheni, akan disuguhi pemandangan cantik berupa hamparan luas lautan yang membiru. Pemandangan semakin mempesona jika berlayar pada sore hari. Paduan semburat matahari makin mempercantik tampilan laut Selat Sunda yang tenang. Beberapa saat sebelum kapal hendak tiba, menatap daratan Pulau Sumatera, penampakan Menara Siger menjadi pemandangan yang khas. Inilah ikon yang menjadi penanda bahwa Pulau Sumatera sebentar lagi akan sampai. Menara siger sebenarnya merupakan salah satu yang ada di taman Siger atau Siger Park.

Dimana secara keseluruhan berada dalam kawasan Bakauheni Harbour City (BHC) yang meliputi Siger Park, Masjid BSI, Selasar Siger, Siger Market dan Krakatau Park. Ini menjadi kawasan yang terintegrasi dalam pengembangan pariwisata di pintu gerbang pulau Sumatera. Menara Siger terbangun di atas bukit sebelah barat Pelabuhan Bakauheni. Bangunan tersebut dilengkapi dengan sarana informasi mengenai peta wisata seluruh kabupaten/kota se-Lampung. Menara Siger bukan monumen masa lalu, tetapi bangunan masa depan yang akan jadi kebanggaan masyarakat Lampung.

Kemudian Dede juga menjelaskan bahwa pembangunan menara Siger menggunakan teknik ferrocement, sehingga dirancang mampu menahan terpaan angin kencang. Teknik ferrocement menggunakan jaring kawat menyerupai jaring laba-laba. Pengerjaan lambang siger dan beberapa ornamen tidak menggunakan cor-coran, namun bagian per bagian dengan tangan. Dengan metode ini, setiap inci bangunan didesain tahan guncangan dan terpaan angin laut. Menara Siger adalah simbol Lampung. Ia bukan hanya menjadi ikon pariwisata, tetapi dapat menjadi ikon dalam segala hal, seperti keagamaan, seni budaya, dan pendidikan.

Selanjutnya Dede menjelaskan bahwa menara Siger dibangun dengan memperhatikan ciri khas Komunitas Budaya Lampung Pepadun. Di sekitar tugu dibangun ruang-ruang yang menampilkan budaya Lampung serta sarana-prasarana pariwisata. Sebagai tugu di ujung Pulau Sumatra, Menara Siger dilengkapi dengan tulisan penanda Titik Nol Pulau Sumatra. Menara Siger dengan warna emas itu dilengkapi ruangan tempat wisatawan melihat Pelabuhan Bakauheni serta keindahan panorama laut dan alam sekitarnya.

Siger sembilan adalah topi budaya adat pengantin wanita Lampung Pepadun. Menara Siger berupa bangunan berbentuk mahkota terdiri dari sembilan rangkaian yang melambangkan sembilan macam bahasa di Lampung. Menara Siger berwarna kuning dan merah, mewakili warna emas dari topi adat pengantin wanita. Bangunan ini juga berhiaskan ukiran corak kain tapis khas Lampung Saibatin.

Payung tiga warna (putih-kuning-merah) menandai puncak menara. Payung ini sebagai simbol tatanan sosial. Dalam bangunan utama Menara Siger Prasasti Kayu Are sebagai simbol pohon kehidupan. Menara Siger tidak hanya berbentuk sebuah fisik bangunan, tetapi mencerminkan budaya masyarakat dan identitas komunitas budaya masyarakat Lampung pepadun sesuai dengan filosofi berpikir dan bertindak sesuai visi dan misi mewujudkan Lampung yang unggul dan berdaya saing.

"Selamat datang di gerbang pulau Sumatera jika kita dari Jawa menuju Sumatera menggunakan transportasi darat. Selamat menikmati keindahan panorama selat Sunda dan dermaga Bakauheni. Kita akan semakin bangga sebagai bangsa Indonesia yang memiliki banyak sekali potensi keragaman pariwisata yang menakjubkan," pungkas Dede.

(*)